MENGANALISIS KARYA SENI DENGAN TEORI MIMESIS DAN SIGNIFICANT FORM

 

NAMA : SHASIKA ALIFIA

NPM : 202246500643

KELAS : R3I


DEFINISI

v  Teori mimesis. Kata “mimesis” sendiri merupakan istilah dalam bahasa Yunani yang berarti tiruan. Teori ini mengatakan bahwa seni merupakan tiruan suatu objek atau benda yang sudah ada. Teori ini dikemukakan oleh Plato dan arisoteles.

  • Menurut  plato yaitu seni merupakan “imitasi/meniru/menijiplak”. Menurut plato ada dua unsur penilaian terhadap suatu karya seni yaitu pertama mereka yang secara kreatif membuat sesuatu, kedua yaitu mereka yang yang membatasi diri pada penggambaran atau tiruannya pada sesuatu yang telah ada seperti pelukis. Pelukis meniru apa yang telah ada. Contohnya, Jika seorang tukang kursi membuat kursi, ia berorientasi pada idea sebuah kursi, sebaliknya seorang pelukis dengan bantuan cat melukis kursi, dan tidak lagi mengamati idea, melainkan karya seorang tukang kayu. Dengan demikian, bagi Plato, pelukis bukan melukis sesuatu yang sesungguhnya, dan bukan pula suatu idea
  • Pendapat Aristoteles berbeda dengan Plato, menurutnya karya seni memang meniru,namun berbeda dengan plato, menurutnya tidak semata-mata meniru kenyataan tetapi “representasi” yaitu menghadirkan kembali atau menciptakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dalam konteks bentuk atau tindakan manusia.

v  Significant form. Teori ini dikemukakan oleh Clive Bell. Significant form merupakan relasi dan kombinasi garis atau warna yang secara esetis mewujudkan bentuk. Dan kekhasan yang ada dalam objek yang membangkitkan emosi estetis pada subjek.  

ANALISIS

                Dalam menganalisa penulis mengambil contoh dari beberapa  karya seni realism. Gambar pertama merupakan visualisasi dari latar tempat dimana terdapat robot yang sedang melukis pemandangan di belakangnya. Lalu gambar kedua yaitu visualisasi seorang wajah perempuan. Jika dilihat menurut teori mimesis, karya seni pada gambar kedua ini merupakan imitasi  karena pelukis tersebut meniru suatu objek atau benda alam yang sudah ada, karena plato menganggap dunia ideal yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Sedangkan menurut teori Aristoteles, pada gambar pertama pelukis bisa saja tidak sekedar mengimitasi tetapi merepresentasikan alam dan realita yang sudah ada. Seperti pada gambar pertama, pelukis merepresentasi visualisasi bagaimana seorang robot yang sedang melukis pemandangan di belakang, yang realitanya di zaman sekarang sudah banyak robot-robot buatan yang memiliki kemampuan yang setara dengan manusia, sehingga pelukis merepresentasikannya dengan lukisan tersebut.




    Lalu penulis juga menganalisa satu contoh karya seni. Gambar tersebut jika menerapkan teori significant form merupakan relasi dan kombinasi garis atau warna yang secara estetis mewujudkan bentuk yang signifikan (berpengaruh). Bentuk yang signifikan ini menjadi kekhasan yang ada di dalam lukisan ini sehingga membangkitkan emosi yang khas yaitu emosi estetis. Emosi estetis tergugah oleh pengenalan adanya hubungan antara komponen dari karya seni. Komponen tsb menunjuk pada unsur-unsur rupa seperi titik, garis, bidang, warna,dll. Yang diorganisir sehingga menciptakan fokus,proporsi,keseimbangan,dll. Hubungan itulah yang ditekankan untuk menentukan kualitas suatu karya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Perjalanan Pekan Kebudayaan Nasional di Galeri Nasional

menganalisis poster dalam film Turning Red dengan teori mimesis